Rabu, 21 Januari 2015

TRADISI SEDEKAH LAUT JUWANA
DARI SUDUT PANDANG PANDANG BUDHISME
Oleh; Lilik Sumarwi(0250113010529)
Sedekah Laut merupakan kegiatan membuang sesaji, atau istilahnya adalah melarung sajen yang dimaksudkan sebagai rasa syukur dan permohonan keselamatan para nelayan dan masyarakat sekitar Juwana kepada sang pencipta, sang penguasa laut (sing mbaurekso) dan kepada Arwah-arwah leluhur. Juwana merupakan salah satu kota kecil di Kabupaten Patpi yang kaya dengan kebudayaannya. Juwana memiliki tradisi unik setiap tahunnya yaitu sedekah laut, dalam rentetan acara sedekah laut itu berlangsung selama satu minggu dengan berbagai macam agenda. Akan tetapi, satu agenda tradisi adat yang paling ramai adalah pesta rakyat berupa larung sesaji di Sungai Silugonggo. Sebenarnya larung sesaji bukanlah istilah baku bagi masyarakat Juwana, ada yang menyebutnya dengan pesta air, dan pesta rakyat. Ada juga masyarakat di luar Juwana yang menyebutkan ritual larung sesaji ini dengan istilah lomban kupatan. Diantara keunikan larung sesaji yaitu peraturan pelaksanaan. Misalnya, penentuan tanggal. Jadwal dari acara ini sudah jelas, yaitu dimulai hari ke-7 setelah lebaran idul fitri. Bulan Muharam atau Sura adalah bulan yang sakral bagi umat Islam bahkan menjadi salah satu bulan suci bagi umat Islam sebagai bentuk evaluasi diri, pengutaraan rasa syukur kepada Tuhan YME dan pergantian tahun pada kalender Hijriah. Begitupun dalam pandangan orang jawa atau yang biasa disebut dengan “kejawen” yang telah terakulturasi kebudayan Islam dari animisme-dinamisme dan Hindu-Budha, bedanya hanya bagi sebagian masyarakat Jawa bulan Sura adalah bulan yang mistis atau keramat. Kegiatan di bulan Sura biasanya adalah kegiatan selametan dan persembahan yang sering diikenal dengan istilah-istilah tirakatan (selametan) dan Sadranan atau Nadran (Pembuatan nasi tumpeng yang dihiasi lauk pauk dan bermacam-macam kembang yang kemudian di Larung ke laut disertai dengan kepala kerbau) “Sedekah Laut”. Hal seperti ini sangat menguntungkan bagi penikmat acara pesta air dari luar Juwana, karena dilakukan secara konsisten, waktu tidak berubah – ubah. Larung laut di Sungai Silugonggo menurut pemuka adat tidak boleh dirayakan pada pasaran Wage, konon katanya apabila dilanggar akan menimbulkan musibah dan larung sesaji tidaklah semudah membalikan telapak tangan.
PERSIAPAN SEDEKAH LAUT
Banyak alur yang harus dilakukan, secara runtut, satu per satu. Peelaksanaan larung sesaji sebenarnya adalah bagian dari sedekah laut. Pemusatan acara sedekah laut ini yaitu pada hari pelarungan sesaji di dua desa di Juwana, yaitu Desa Bendar dan Bajomulyo. Tahap-tahap prosesi larung sesaji:
1.    Perundingan panitia
Supaya acara dapat berlangsun secara baik maka maka para nelayan sudah secara khusus membentuk panitia yang bertugas menyusun jadwal dan agenda yang akan berlangsung selama acara pelarungan. Pembentukan panitia minimal dengan 25 orang panitia yang bertugas untuk kelancaran kegiatan.
2.    Malam Tirakatan
Pada tahap ini seluruh nelayan dan masyarakat yang berada dipesisir laut mengadakan tirakatan (tahlilan) dan pembuatan sesaji pada malam hari sebelum diadakannya pesta air. Sesaji berupa jajan pasar, kepala kerbau, pisang raja satandan dan buah-buahan serta kembang setaman, kemudian ditaruh didalam maniatur kapal.
3.    Pelarungan sesaji
Prosesi ini diawali dengan pawai drumband, barongan, barongsai, putra dan putri domas, dan sebagainya yang dipusatkan di alun-alun Juwana mulai dari jam 08.00 – 15.00. Kemudian arak-arakan (jalan kaki) dimulai dari alun-alun Juwana menuju kepelabuhan Juwana dan dilanjutkan dengn pelarungan sesaji dilaut. 
4.    Lomban
Acara setelah pelarungan di laut lepas, kegiatan dilanjutkan dngan acara perlombaan. Perlombaan di mulai dengan lomba balap dayung atau dilanjut dengan tangkap bebek di sungai. Perayaan lomba biasanya tergantung susunan acara yang dibentuk oleh panitia.
5.    Perayaan
Disamping lomba-lomba tadi tak lupa juga ada pertunjukkan seni tradisional Jawa. Pengadaan hiburan ini berlangsung selama satu minggu penuh setelah dilarungkannya sesaji. Ada wayang, ketoprak, dangdut, barongan dan hari terakhir selalu ditutup dengan pengajian atau santunan pada anak yatim. Perayaan biasanya yang paling rame adalah dangdut karena para donator menyawer penyanyi minimal Rp 20.000,00.
PROSESI SEDEKAH LAUT
Sedekah laut yang ada di Juwana hanya memiliki beberapa tahapan, yaitu:
1.      Sehari sebelum melakukan arak-arakan, masyarakat biasanya melakukan pengajian sebagai sarana untuk meminta kelancaran dan keselamatan terhadap serangkaian acara yang akan dilaksanakan.
2.      Arak-arakan besar keliling kota Juwana yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dengan berbagai budaya dan ciri khas daerah mereka, seperti membawa keliling patung replika ikan, jangkar, perahu, serta membawa beberapa sesaji, seperti tumpengan, kembang setaman, air suci, dan beberapa hasil laut.
3.      Setelah acara arak-arakan, biasanya diadakan perlombaan di tempat pelelangan ikan (TPI), seperti lomba volly, panjat pinang, dsb. Selain itu, juga diadakan “lomban” atau lomba naik perahu sampai ke Pulau Seprapat (Pulau yang berada diutara Juwana). Ketika lomba berlangsung, ada perahu khusus yang dibawa oleh panitia bersama seorang pamengku gati melakukan ritual pembuangan sesaji yang ditempatkan di perahu lain, kemudian perahu tersebut ditinggalkan di tengah laut (di larung di tengah laut).
4.      Hiburan Dangdut biasanya dilakukan pada saat perlombaan dan pada hari terakhir perayaan sedekah laut. Acara hiburan dangdut tersebut biasanya diadakan secara besar-besaran karena dianggap sebagai penutup acara.
NILAI YANG TERKANDUNG
Nilai merupakan kumpulan dari sikap, anggapan, atau sebuah pemikiran tentang baik buruk, benar salah suatu hal tertentu dan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Nilai-nilai yang terdapat dalam acara Sedekah Laut:
1.    Nilai sosial
Wujud dari nilai sosial dalam pranata masyarakat saat acara sedekah laut masyarakat sekitar yang secara bergotong royong dalam menggelar pelaksanaan kegiatan baik sebelum dan sesudah acara. Semua warga bekerja sama secara gotong royong dan guyup rukun dalam menyukseskannya.
2.    Nilai Agama
Tradisi sedekah laut ini diadakan sebagai sebuah simbolisasi supaya mendapat keselamatan saat melaut, serta rasa syukur para nelayan kepada Tuhan YME karena telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang berlimpah. Dan sedekah laut yang jadi tontonan atau wisata rakyat yang paling ditunggu di Juwana
3.    Nilai ekonomi
Dalam pelaksanaan Acara Sedekah Laut menunjukkan tingkat perekonomian masyarakat pesisir. Jika perayaannya meriah dan banyak pengunjungnya, maka ihtu menandakan bahwa perekonomian mereka saat itu semakin meningkat. Dan harapannya, tingkat perekonomian mereka selalu meningkat seiring berjalannya waktu.
4.    Nilai Pendidikan
Dalam serangkaian prosesi acara sedekah laut memberikan banyak pelajaran terhadap generasi muda supaya senantiasa menjaga, memelihara dan melestarikan kebudayaan yang ada, serta saling menjaga kerukunan satu sama lain.
D. PANDANGAN AGAMA BUDDHA
Budaya dalam agama di Indonesia sangat berkaitan sangat erat dengan agama Buddha, sebelum tradisi itu dilakukan sampai sekarang dengan mengorbankan hewan, menyiapkan sesaji, dan memberikannya pada leluhur tradisi tersebut sudah dilakukan pada kehidupan sang Buddha, suatu saat Y.M Sariputta bertanya kepada keponakanya apakah dia sudah melakukan perbuatan baik pada hari ini, dan keponakan Y.M Sariputta menjawab sudah melakukan perbuatan baik dengan mengorbankan seekor kambing ke dalam api pemujaan setiap bulan, dan ia berharap untuk dapat terlahir kembali di alam brahma pada kehidupannya yang akan dating namun Sariputta menjelaskan kepadanya bahwa gurunya telah memberikan harapan yang salah dan mereka sendiri pun tidak mengetahui jalan menuju alam brahma. Kemudian Sariputta membawa keponakannya, seorang brahmana muda, menghadap kepada Sang Buddha. Dan sang Buddha memberikan kotbah biarpun selama seratus tahun seseorang menyalakan api pemujaan di hutan, namun sesungguhnya lebih baik jika ia, walaupun hanya sesaat saja, menghormati orang yang telah memiliki pengendalian diri.
Dengan demikian agama Buddha tidak melarang segala bentuk pemujaan atau rasa syukur, namun agama Buddha selalu mengedepankan untuk memuja atau menghormat kepada seseorang yang sudah mempunyai pengendalian diri dengan baik atau seseorang yang pantas untuk dihormati. Pada saat melakukan penghormatan disetiap tradisi pasti menggunakan hewan sebagai persembahan, pandangan tersebut tidak selaras dengan ajaran sang Bhagava dan disisi lain ada makhluk yang dirugikan. Jika melakukan pemujaan atau persembahan sebaiknya di sisi lain tidak ada makhluk yang dirugikan dan menghormat kepada yang patut dihormati. Namun semua itu merupakan budaya lokal Indonesia yang merupakan kekayaan budaya Indonesia. Kita juga tidak bisa serta - merta melarang kegiatan tersebut untuk dilaksanakan, karena itu merupakan suatu hak kepercayaan yang telah diatur oleh undang - undang.
Tradisi sedekah laut merupakan sebuah bentuk rasa syukur yang hampir dimiliki banyak masyarakat pesisir di Nusantara. Tradisi sedekah laut dihelat sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas limpahan kekayaan laut yang dapat menghidupi para nelayan. Di Juwana tradisi sedekah laut dikenal dengan nama Pesta Lomba dan dilaksanakan pada hari ketujuh setelah Idul Fitri atau Bulan Sura. Perayaan Sedekah Laut ini tidak hanya dirayakan oleh para nelayan saja tetapi juga diikuti oleh seluruh masyarakat dari orang tua sampai anak kecil. Mereka berbaur bersama untuk meramaikan pesta yang diadakan setahun sekali tersebut. Ketika perayaan Sedekah Laut digelar maka anak-anak akan mengenakan baju yang berwarna warni dan masyarakat akan bagun pagi hari untuk mempersipakan bebagai keperluan pesta kemudian mereka menuju perahu mereka masing-masing. Bunyi gamelan kebogiri mengalun sebagai tanda untuk memberangkatkan perahu. Di tengah laut setelah sesaji dilepas, beberapa perahu nelayan berebut mendapatkan air dari sesaji itu kemudian disiramkan ke kapal mereka dengan keyakinan kapal tersebut akan mendapatkan banyak berkah saat mencari ikan nantinya. Dan sebagai umat beragama kita senantiasa menjaga kerukunan antar umat beragama dan saling menghormati supaya menjadi masyarakat yang harmonis.


2 komentar:

  1. sepanjang sedekah lautnya ngak menggunakan Kurban berupa mahluk hidup
    perlu dilestarikan sebagai rasa bhakti dan sujud sukur

    BalasHapus