Rabu, 15 Oktober 2014

KRITIK ARTIKEL


Bibiografi; tulisan berjudul “Media Sebagai Panglima” karya Seno Gumira Ajidarma, artikel ini dipostkan pada hari Selasa, 4 Juni 2013 di Kebun Jeruk.

Tujuan penulisan artikel yang berjudul “Media Sebagai Panglima” karya Seno Gumira Ajidarma untuk mengkritik media sosial yang tidak mempunyai sifat netral, karena jika salah satu kandidat calon bekerja sama dengan media sosial maka hal yang pasti terjadi adalah media sosial tersebut akan memuat tentang kandidat calon tersebut secara terus menerus setiap harinya dan sekaligus untuk mempromosikan kandidat tersebut supaya kandidat tersebut dipilih oleh masyarakat karena mereka sudah bekerja sama dan pastinya kedua belah pihat saling mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Seharusnya media sosial harus memiliki sifat yang netral dan tidak membela kubu dari si A maupun si B, media sosial tersebut seharusnya memberiakan informasi yang bermanfaat untuk masyarakat yang akan memilih kandidat-kandidat tersebut dan menjadikan masyarakat pada umumnya lebih yakin pada pilihannya mereka sendiri, tetapi pada faktanya sosial media dijadikan tempat berpolitik sehingga media sosial tersebut tidak lagi bersifat netral dan membuat masyarakat menjadi bimbang terhadap pilihannya.
Fakta-fakta yang menarik dalam artikel karya Seno Gumira Ajidarma adalah beliau menggunakan kalimat-kalimat serapan yang kata tersebut tidak diketahui oleh kebanyakan orang, sehingga artikel tersebut sukar untuk dipahami. Selain kalimat dalam artikel tersebut menggunakan kalimat yang sulit dipahami oleh masyarakat pada umumnya, penulisan artikel yang berjudul “Media Sebagai Panglima” menggunakan gaya seperti berpidato yang tidak semua penulis menggunakan metode tersebut untuk mengkritik  media sosial khususnya ketika waktu mendekati pesta rakyat yang sekaligus dijadikan sebagai tempat berkampanye atau tempat promosi salah satu kandidat yang mencalonkan dirinya supaya dipilih oleh rakyat sebanyak mungkin, dan artikel tersebut juga menggunakan kalimat pengulangan untuk menegaskan pendapatnya dalam artikel tersebut, tetapi beliau mengubah sedikit kalimat tersebut, contoh; “puan-puan dan tuan-tuan yang terhormat”, “puan-puan dan tuan-tuanyang tentu saja saya muliakan”, “puan-puan dan tuan-tuan yang saya doakan agar berbahagia”. Inilah keunikan karya dari Seno Gumira Ajidarma. Itulah beberapa hal yang menjadikan artikel karya Seno Gumira Ajidarma menjadi sangat menarik dan menjadi salah satu artikel yang ditunggu kedatangannya.
Beberapa hal yang muncul pertanyaan dalam diri saya setelah membaca artikel tersebut yaitu mengapa Seno Gumira Ajidarma membuat artikel menggunakan bahasa yang sulit dimengerti dan jika dibaca secara sekilas kalimat-kalimatnya tidak menyatu antara satu dengan yang lain, itulah yang menyebabkan saya semakin bertanya-tanya setelah membaca artikel tersebut dan pertanyaan yang ingin saya tanyakan adalah siapakah sebenarnya Seno Gumira Ajidarma tersebut dan apakah yang melatar belakangi penulisan artikel yang berjudul “Media Sebagai Panglima”?